kotaku, jakarta

Semua orang yang kenal gue tahu banget kalo gue cinta banget ama kota Jakarta. Memang ada beberapa kota di dunia yang pengen gue kunjungi (Ayo ke Barcelona tahun 2012! *Keburu kiamat kali yah menurut suku Maya*), tetapi Jakarta akan selalu ada di hati gue.

Tapi akhir-akhir ini, gue merasa ada sesuatu yang nge-ganjal antara gue dan kota Jakarta. Terutama kejahatan yang semakin mengerikan dan menjadi-jadi. Kalo pada suka baca koran Pos Kota atau Warta Kota, masih ingat gak, beberapa minggu yang lalu, ada pembunuhan di Pacific Place? Seorang gadis dibunuh di tangga darurat dengan cara yang begitu mengerikan. Lalu ada penembakan seorang direktur berselang semingguan. Kalau mau mundur lagi, masih banyak kasus pembunuhan yang gak jelas peruntungannya. Kasus mutilasi, aborsi dan berbagai si-si lainnya yang membuat bulu kuduk bergidik.

Rasa-rasanya semua orang berlomba-lomba menjadi kriminal. Kalo pada nonton acara infotaiment, hal yang sama terjadi dengan selebritis kita. Yah, dari penculikan, aniaya sampai ke acara saling hina-hinaan *penting banget yah?*. HEHEHHEE. Benar-benar sadis. Sebenarnya sih, kejahatan di kota Jakarta itu sudah berlangsung lama. Mungkin akhir-akhir ini gue agak-agak terekspos dengan berita-berita tersebut, sehingga membuat gue sedikit was-was.

Belum lagi, bencana yang terjadi sekitar 2 hari yang lalu di Situ Gintung. Tadi pagi, dalam perjalanan gue pulang ke rumah dari sarapan pagi. Salah satu koran ibukota memaparkan headline yang benar-benar bikin hati miris: 100 Mayat Hanyut ke Kali.

Selain berharap agar pemerintahan daerah DKI makin bijaksana dalam mengatur kota Jakarta, mungkin ada baiknya, kita mulai melakukan sesuatu untuk kota tercinta ini. Dari yang paling kecil, doain semua penduduknya biar makin ramah dan kita sendiri berlaku ramah. Buang sampah pada tempatnya. Jangan kencing sembarangan. Jangan menebang pohon sembarangan (NB: Terima kasih kepada developer Pluit Village, yang membangun taman kecil di depan mall-nya. Pluit makin hijau deh!) .. dan semoga, Jakarta menjadi kota yang lebih baik. Amin.

NB: Turut berduka cita atas bencana di Situ Gintung. Biarlah keluarga yang kehilangan terus diberikan kekuatan oleh Tuhan.

coming soon!

Yes, it's almost April and I honestly cannot wait for hundreds of good movies that's about to be released. Unfortunately, we don't that privillage to watch all that good movies here in cinema, but the good thing is we can always count on Glodok, Mangga Dua and many other ITCs for their effort to supply us with alternatives. HAHAHA.



In America, the invansion of the blockbusters has already begun. Movies, like Watchmen, Duplicity and Knowing has been premiered since last week. There are so many good movies I really want to watch this year. Just to see the trailers and posters excites me. HAHAHA.



And many more.

petualangan di bali, bagian satu

Akhirnya, setelah 1 minggu sejak gue pulang dari Bali, gue baru memulai menuangkan pengalaman berpetualang di Bali dengan kata-kata. HEHEHE. Yah, mungkin karena kesibukan mengisi formulir 1770 atau kebetulan ada kegiatan penting di kantor yang berakhir kemarin. Tapi gak apa-apa, setelah sekian lama, akhirnya gue bisa nge-update blog gue! Yay!

Acara jalan-jalan ke Bali kemarin tujuan utamanya adalah nge-hadiri acara nikahan teman gue di Nusa Dua. Tapi karena sebelum berangkat, gue berasa mumet dan perlu penyegaran jiwa, gue sekalian menjadikan kesempatan ini kesempatan buat bersantai dan bersenang-senang.

WAITING FOR THE ORANGE SKY
Gak pernah mudah kalo diminta untuk cerita kejadian yang sudah lewat seminggu. Tapi hal pertama yang gue ingat adalah warna kuning keemasan dari langit di Pantai Kuta pada hari terakhir menjelang kembalinya gue ke Jakarta. Liburan yang menyenangkan selama 4 hari itu akan segera berakhir.



Oyah, ada beberapa orang yang harus gue sebut dan sampaikan ucapan terima kasih gue, yang tanpa mereka, acara jalan-jalan gue ke Bali gak akan pernah menjadi kenyataan. Pertama-tama, the Adams, yang menjadi alasan utama gue ke Bali, tanpa undangan pernikahan ini, gak mungkin juga gue datang ke Bali di tengah-tengah bulan Maret. Terus untuk Cici dan Tasha, karena menjadi teman "separuh-perjalanan" yang menyenangkan. Untuk Little Missy, Nona Lian, Emmy, Tante Netty (I hope I got her name right) dan Ari, makasih untuk kegilaan-kegilaan tanpa akhir itu. HEHEHE.

Yang pasti, teruntuk Monsieur K, yang baik hati untuk menemani gue selama 2 hari, makasih yah! Ngomong-ngomong, beliau ini sangat luar biasa pengetahuannya akan pulau Bali dan beliau juga sangat nekat menjadikan gue sebagai pembaca peta untuk beberapa perjalanan jauh (Yah, gimana gak nekat, gue yang dulu waktu ujian peta buta selalu dapat NOL dan di Pluit aja *NB: tempat tinggal gue* bisa nyasar). HEHEHE.

J'AI ARRIVÉ À BALI
Tepat tanggal 19 Maret 2009, pukul malam banget (gak ingat, soalnya gak bawa jam, pokoknya matahari sudah tidak dapat ditemukan) gue tiba di bandara Ngurah Rai, Bali. Celingak-celinguk keluar dari bandara, gue mencari taksi dan memutuskan untuk inap di Pantai Kuta dan bukan di Legian, mengikuti beberapa teman gue. Alasan gue nginap semalam di Kuta karena gue harus jemput beberapa teman di bandara besok pagi.



Sewaktu gue bilang, gue akan keliling Bali dan membawa backpack, orang selalu akan merespon dengan ketawa kecil yang dipenuhi oleh rasa tidak percaya. Yah yah, gue dulu sempat bilang mau berpetualang ala backpacker ke Jogjakarta, tapi gagal, karena buntutnya gue inap di hotel berbintang dan pulang dengan pesawat. Tapi itu lain cerita, lain waktu dan kali ini, harus beda! Gue akan ber-backpack ria.

NUSA LEMBONGAN
Pagi, tanggal 20 Maret 2009, ketemu CICI dan Natasha di bandara. Setelah cipika-cipiki dan berfoto-foto norak-norak kreatif ala turis (Gimana gak kreatif? Di bandara aja bisa loh berfoto-foto), kami baru berdiskusi mau ngapain dan ke mana. Kami memutuskan ke Nusa Lembongan!

Berangkat dari Pantai Sanur dengan kapal publik dengan bayaran per-orangnya 80.000 rupiahs. Setelah 90 menit diaduk-aduk di dalam kapal, tibalah di Nusa Lembongan. Cici dengan muka-nya yang pucat-pucat ceria (sangat kontradiktif bukan?), Tasha dengan semangat dan gue masih muka ngantuk mencari tempat inap dan pilihannya jatuh ke Bungalow nomor 7 (Kenapa gak nomor 5 yah? Biar kayak parfum).



Tempat inapnya murah-murah asik. Menghadap langsung ke tepi laut, untuk kamar 3 orang, cuma ditagih 150.000 rupiahs. Di Nusa Lembongan sendiri, aktivitas yang bisa dilakukan itu banyak, tapi mengingat gue cuma 1 malam di sana, jadi agak-agak terbatas. Gue gak sempat snorkling. Hiks. Tapi gue sempat mempraktikan salah satu keahlian gue yang nyaris hilang, yaitu NAIK MOTOR!

Iya benar, gue bisa naik motor dan sekarang gue bisa dengan bangga bilang, "kemampuan gue naik motor sudah dibuktikan, tidak lagi teori!" Yah walau pertama kali pas mau nyewa motor -matik (Nah, yang ini kudu nawar nih, gue dapat 50.000 rupiahs per-hari, yang mana menurut orang-orang itu lumayan mahal), pertanyaan pertama gue adalah: "gimana cara ganti gigi-nya?" Jadilah abang penyewa motor-nya makin was-was dan pernyataan kalo gue tahu teori naek motor dengan baik dan benar itu sulit dipercaya.



Tapi dia tetap nekat membiarkan gue menyewa motor dan berpesan kalau gak ada asuransinya. *huf, that faithless guy!* Keliling Lembongan dengan motor emang mantap banget. Dalam waktu sekitar 3 jam-an, gue berhasil ngunjungi beberapa pantai. Menjelang malam dan dalam keramaian keroncongan perut, Mealhouse menjadi tempat nongkrong yang asik. Sambil nge-gosipin beberapa penduduk kantor, gue, Cici dan Tasha makan malam secara murah meriah di sana. Setelah makan malam, balik ke Bungalow nomor 7 dan duduk di tepi pantai dan makan pisang goreng.



Gak tau kenapa, gue berasa begitu tenang duduk di tepi pantai, walau sempat sms-sms-an dengan beberapa teman di Jakarta, tapi gue berasa begitu jauh dengan keramaian. Bunyi desiran ombak dan lagu Bob Marley - Is This Love berkumandang berulang-ulang di kepala gue.

SOUNDTRACK
Ngomong-ngomong soal lagu, gue sempat bikin daftar lagu-lagu yang terus berkumandang di iPod gue selama perjalanan beberapa hari ke Bali kemarin.
  1. Soak Up The Sun - Shirley Crow
  2. Rock the Boat - Aaliyah: Benaran aja lagu ini berkumandang pas gue lagi bergoyang di atas kapal menuju Lembongan.
  3. Pure Shores - All Saints
  4. Dancing Queen - Meryl Streep
  5. Is This Love - Bob Marley feat. The Walrus
  6. Ever So Lonely/Eyes/Ocean - Sheila Chandra
  7. Like Someone in Love - Balawan
  8. Silence - Stephen Elcher
  9. Never Can Say Good Bye - Jackson 5
  10. If I Ain't Got You - Alicia Keys: this song reminds me of my best friend, Yuska, who constantly worried about me taking this trip and whether I was having on the trip.
BACK TO THE MAIN ISLAND
Secinta-cintanya gue dengan Lembongan, gue harus balik ke Bali dan ingat akan tujuan utama gue ke pulau Bali, yaitu menghadiri pernikahan The Adams. Berlokasi di Nusa Dua, baik pengantin wanita maupun pengantin pria kelihatan begitu ciamik (begitu pula para tetamu, termasuk gue dong!). Janji sehidup-semati diucapin, di-tanda-tangani dan disaksikan oleh gue dan sekitar 20-an tamu lainnya.



Gue sempat terharu, terutama waktu ibu dari pengantin wanita menangis. Pas resepsi pernikahan di Kedai Kuning, ketika orang-orang memberikan pidato mengenai pasangan ini, gue sesaat sadar kalau gue akan berpisah dengan teman gue, IDA (sang penganti wanita ding) dan gue sempat sedih.

Dan lalu, makanan dihidangkan, mood gue membaik kembali (emang bawaan rakus susah ya? Tapi benaran, makanan yang dihidangkan emang uenak beuner!). Oya, sekalian mau ucapain sekali lagi selamat buat the Adams. I'm truly glad that you guys made it. Mrs. Adams, you have no idea how much I will miss our lunch break together. Gossiping will never be as hot as you were around. Hiks. Anyway, I hope to see you soon. Take care.

petualangan di bali, bagian kedua

Setelah menghadiri pernikahan di Nusa Dua, sisa perjalanan gue dihabiskan dengan berwisata. Ditemanin oleh penduduk tidak asli dari Bali, M. K, gue sempat ngunjungi beberapa tempat makan yang asik.



Mulai dari Kopi Pot di Legian, perjalanan dimulai dengan teh hijau dan pisang goreng yang disirami dengan gula cair (atau madu yaks? yah tergantung kepercayaan situ saja). HEHEHE. Lucu banget nemuin tempat yang begitu nyaman di tengah keramaian toko-toko di Legian dan Pantai Kuta. Benar-benar suasana yang berbeda. Teh-nya yah laksana teh hijau lainnya dan pisang goreng-nya juga laksana pisang goreng lainnya, tapi suasana kebun dan keramahan pramusaji di Kopi Pot membuat gue betah duduk berlama-lamaan di sana.

Meninggalkan Kuta - Depansar, gue dan M. K menuju ke Ubud melihat toko-toko kerajinan. Dan karena gue adalah orang yang paling bloon dalam hal belanja, gue tidak membeli apa-apa, kecuali selembar peta Bali di Periplus (Bloon kan?). Lanjut ke Kintamani, mampir di petakan sawah. Menurut teman gue ini, tanaman padi di sawah ini gak pernah menguning, kalo mulai sedikit menguning akan dicabut dan diganti. Lucunya, sawah ini ada bukan untuk menghasilkan beras, tapi malah menjadi tempat wisata.



Sambil nikmati teh hangat yang penuh dengan racikan ramuan, gue mengangkat kaki (lengkap dengan loafersnya) dan menghirup segarnya udara di sawah dan wanginya teh ajaib gue. Istirahat gak lama, lalu jalan lagi mencari makan siang di daerah Ubud. Nama tempatnya lucu banget, Warung Nuri atau Nuri's Naughty Place (Did I get it right?). Gue pesan ribs lengkap dengan kentang goreng di tempat yang gak pernah sepi ini. Mantap abis!



Beberapa tempat lain yang sempat gue kunjungi adalah Tirtagangga, Kedonganan untuk menikmati hasil laut, GWK dan beberapa tempat di Denpasar. Kembali ke Pantai Kuta di sore hari itu, gue kembali merenung betapa beruntungnya gue dan sering kali gue gak sadar akan hal tersebut. Gue selalu mengakhir hari-hari gue sebelum tidur dengan mengingat kesiyalan yang terjadi, yang mana seharusnya gue mengingat hal-hal yang baik yang terjadi.

Jujur saja, begitu tiba di Jakarta, kepala gue berasa begitu ringan, kulit terlihat hitam keling lengkap dengan dot-dot merah bekas gigitan nyamuk di losmen Kuta (yang mana gue baru dasar kalo gue hubungkan dot-dot tersebut tampaknya akan menjadi pulau Bali .. ajaib bukan?), dan dengan rangsel, gue keluar dari pintu kedatangan bandara Soekarno Hatta dengan senyum lebar dan tertulis secara implisit di muka gue: gue berhasil nge-backpack loh! Yay!

balada pejalan kaki

Fiuh, gue pulang gereja Minggu malam kemarin dengan berjalan kaki. IYA! Benaran! Berjalan kaki! Kalo diitung jarak sih, lumayan yah! Lumayan dekat! HEHEHE. Tapi jujur saja, berjalan kaki di Jakarta itu sama menantangnya dengan berburu hiu di lautan biru, karena sama-sama mempertaruhkan nyawa! BAYANGKAN!

Kenapa? Pertama, trotoar di Jakarta itu gak layak jalan banget! Beberapa tahun yang lalu, gue sempat tinggal di Philadelphia (belagu dikit!), dan tuh kota enak banget buat jalan. Tiap Sabtu atau Minggu, gue bisa berjalan sekitar 20 - 25 blok, alhasil biar kaki gue bengkak kayak melon, tetap aja gue menikmati acara berjalan-jalan gue itu.

Sedangkan di Jakarta, boro-boro mau jalan, tempat buat jalannya saja gak tersedia. Alhasilnya, gue malah sedikit berakrobat di tepian pemisah jalan dengan bikini bottom-nya Pluit (alias got).

Kedua, gue mulai mempercayai kalo populasi motor di Jakarta itu melebihi populasi manusia. Kalo benaran, kisah film Matrix (tentang manusia versus mesin, man!) jadi kenyataan, rasanya motor akan jadi musuh manusia yang paling mengerikan (di samping oven dan toaster!). Iya, gini ceritanya, gue kan mau nyebrang dan sebagai penduduk Indonesia yang bertanggung jawab, gue memilih untuk menyebrang di zebra cross (dulu ada iklannya loh!).

Pas gue mau nyebrang, ada segerombolan motor yang mau lewat dan mereka bukannya memperlambat (itu zebra cross gitu!), yang ada malah mempercepat belalang tempur mereka dan alhasilnya gue melompat kaget dan gue dikasih umpatan pula! Benar-benar liar!

Ketiga, polusi udara di Jakarta (baca: Pluit) kayaknya sudah sangat mengerikan. Lama-lama gue mungkin bisa bermutasi menjadi penyu! Dulu waktu gue masih SMP (masih culun-culunnya), gue percaya kalo gambaran Alien di film-film Hollywood (mata gede, hidung dan mulut yang kecil) itu sebenarnya hasil evolusi manusia karena tingkat polusi yang semakin tinggi. Serem kan? Serem banget!


Orang atau kucing?

Yah, eniwei, melalui isi blog yang gue gak yakin ada yang baca, gue memohon kepada semua calon DPR, hayo dong bikin kota Jakarta kota yang layak buat pejalan kaki. Yah, gak usah kayak Phily deh, yang mana di jalan-jalan broadway tertentu, trotoar-nya gak kalah lebar ama jalan raya-nya. Hayo, kamu bisa!!

Salam dari pejalan kaki. :D

movie: kambing jantan


Movie: Kambing Jantan
Directed by: Rudy Soejarwo
Starring: Radhitya Dika

Score: 2.0 of 5.0


I finished reading the book exactly a couple of days before I watched the movie. I like the book, although I'm not really crazy about the writing style he used. I think it's funny, honest and mad! I have to admit that Radhitya Dika make people like me feel small and worthless. I feel that my own blog has not value whatsoever!

Anyway, like I said, the book is very honest, but unfortunately the movie is not. It's funny, but not the same way the book presents its comedy. The movie is more slapstick and overdone. I know that the script of the movie wasn't entirely based on one book, but partly from several of his books.

movie: marley and me


Movie: Marley and Me
Directed by: David Frenkel
Starring: Jennifer Aniston, Owen Wilson, Eric Dane

Score: 2.5 of 5.0


John Grogan was reporter who just got married and moved to Florida with his wife, Jenny. One night, Jenny mentioned about baby, John decided to give her a puppy as a gift. The dog, named after the great Bob Marley, turned out to be an untamed force of nature. Despite the uneasiness Marley caused, the Grogan loves their dog no matter what. Marley even became John's inspiration when he was asked to be a columnist.

The movie received many mixed reviews. Some said that the book tells a better story (which made me a bit curious about it), but I think it's pretty funny. Jennifer Aniston is lovely as always. Although it's kind of difficult to watch Aniston and Wilson having 3 children and the oldest one is at least a sixth grader. It's like watching Jodie Foster in The Nim's Island. Well, I survive the same torture, mainly because the dogs that played Marley are so cute.

the return

Yay! I finally return to CCF! Last Monday was my first class. The not so good news is I have to start all over (I KNOW!). My plan to make la professeur think I'm too good for her class did not go well, so I guess I have to stay then. But it's okay, this time is going to be different. I'm planning to take French more serious and hopefully next year, I can start writing a novel (OR NOT!). Well, maybe a little tiny memo or email.

Anyway, this is my self-introductory, short and frenchy.

Salut! Je m'appelle Alex. Je suis un emploie. J'habite à Pluit et je travaille à Sentul. Oui, c'est très loin, mais c'est bien pour moi. J'apprends le français parce que je veux parler bien français. J'aime beaucoup le film et le musique français. J'adore Patrick Bruel, Marion Cotillard, Audrey Tatou et Juliette Binoche. Un jour, je voudrais visiter Paris. HEHEHE. C'est tout!

Au revoir.

sabtu, film dan bleki

Hari Minggu dan hari ini gue bangun tepat 23 menit lewat dari pukul 7, yang mana artinya gue telat banget buat ikutan ibadah pagi. HUHUHU. Jadinya, gue harus ikutan ibadah sore nanti. Jujur sih, gue lebih suka ibadah pagi yah, mungkin karena ibadah pagi itu gak padat banget dan semuanya tampak rapi banget (kecuali gue mungkin, pernah sekali cuma ganti celana doang langsung mabur deh ke gereja).

Sabtu kemarin, gue sendirian aja tanpa janji dan kencan. Gue memutuskan untuk ngunjungi Emporium Mall Pluit, yang jauhnya sekitar 15 menit dari rumah gue (sebenarnya ini relatif ya?! Kalo perginya jalan kaki, terus mata ditutup mungkin nyampe-nya bisa seharian, karena nyasar dulu ke Bikini Bottom alias got pluit! :D).

Rencana awalnya sih pengen sarapan, nonton film dan makan siang di Emporium. Tapi karena gue bangunnya kesiangan lagi, gue terpaksa lewatin deh tuh sarapan, dan memutuskan untuk nonton Marley and Me ama Seven Pounds.



Kedua film ini sama sadis-nya. Kedua-duanya berakhir dengan kematian. Gue sempat nangis pas nonton Marley. Mungkin karena mengingatkan gue akan Bleki, anjing tercinta gue. Gue akhir-akhir ini jarang banget ketemu Bleki. Mungkin karena gue berangkat kerja pagi banget dan pulang sering malam (ngeluyuran setelah ngantor, bukan karena lembur pastinya! HEHEHEHE). Kayaknya terakhir gue ketemu Bleki pas dia lagi tidur di depan kamar gue beberapa hari yang lalu dan karena gaya tidurnya yang gak wajar, gue foto deh dan hasilnya di bawah ini.



Usia Bleki sebagai seorang anjing sebenarnya sudah tuir banget. Doi pernah beberapa kali epilepsi terus udah mulai suka lupa arah. Gak heran, kalo si Bleki pengen berpetualangan di sekitar komplek rumah gue, sebelum dia keluar pintu pagar, pembokat gue dengan bersemangat akan teriak, "Kiri Bleki! Kiri! Bleki, kiri!" dan benaran aja si Bleki nge-belok ke kiri.

Pernah satu kali, si Bleki keluar aja, tanpa aba-aba apa-apa. Alhasilnya, dia gak pulang 3 hari dan karena kakak gue cinta banget ama poodle hitam dekil ini, warga satu rumah turun ke jalan keliling komplek nyari dia. Huks, kasian emang si Bleki!

Bleki ama gue dulu dekat banget. Dia selalu jadi tempat curhat gue. Waktu gue lagi kebingungan nyusun skripsi atau grogi pas mau sidang, Bleki jadi tempat langganan gue untuk curhat. Termasuk ketika gue putus cinta, Bleki gak pernah absen untuk jadi tempat gue untuk bercerita, nangis dan ngiler bareng.

Huks, pendeknya, gue kangen Bleki!!!!

NB: masa gue ketiduran 15menitan pas nonton Seven Pounds?! Gila, 30ribu, Alex! 30ribu!!