another letter from julia

I have a friend, who currently lives abroad. We're pretty close and we exchange emails, but not so often lately. Her name is Julia (not really her real name, I have to be confidential somehow). But if you read my earlier posts, I did once post her letter. And this is another one.
---

de: Julia
à: the long morrow [sembiluan@gmail.com]
date: 20 mars
objet: Hello

Dear Alex,

Hey man! What's going on? I thought you're lost or something. I haven't heard anything from since my last email and it was like 3 months ago? We used to exchange email daily. Man, I miss those days. But I'm glad I'm hearing from you again. Although I'm a bit upset that you only wrote no more than 3 lines of sentences! You, pig!

So you're going to Singapore, yeah next week? Sounds exciting! I wish your office would send you to a father place, let's say HERE? HEHEHE. I miss you, Alex really.

If you're asking whether I'm reading anything good lately. Be honest, I have not. I'm quite busy at work and life (and universe) has been treating me bad. You don't believe me?

Can you believe in one day, I received as many as 5 insults, from closest friends and my boyfriend (well, to call him my boyfriend is pretty brave, I'm certainly not sure where we are anymore). Friends mostly complained/criticized/name-called me too fat. A friend, who I haven't seen for quite sometimes, bluntly said I look like a pork. Not so bad, huh? My mother thought I was pregnant. I know, this weight thing. So superficial, yet when someone (or ones) mention it to you, you feel your world is falling apart.

And to top the whole thing, my boyfriend seemed to wake up from a 8 months dream and proclaimed: he has made a wrong decision with me. I was his huge mistake, he said. Can you believe that? No, I'm okay or at least I will be. I'm a bit glad that work will keep me occupied. Sorrow cannot wound a weary body, true?

Sometimes everything looks so unhealthy and I feel that I just need to go away, far far away, for a long long time. Your email however, brings not only hope, but smile also to this endless day. I miss you really. I know at this certain of time, you would've known where to go to, what to do or eat to make me feel better.

Sometimes I feel so alone fighting this big war and I'm losing.

So, buddy, email me as often as you can, okay?!

XOXOXO,
Julia.

PS: Why do I have this strange feeling that I don't want to stop writing? Can I write you another email like in 5 minutes? HAHAHAHA. Yes, I'm absolutely mad.

the cove dan richard o'barry

Saya bukanlah seorang penggemar film dokumenter. Film dokumenter terakhir yang saya tonton itu produksi NGC, Apocalypse The Second World War, mengenai perang dunia kedua di Eropah, dan jujur, saya tidak menikmatinya, dalam konteks terlalu mengerikan, menyedihkan dan sadis.

Tetapi Sabtu kemarin, ketika saya berburu DVD, saya melihat DVD film dokumenter terbaik Oscar untuk tahun ini dan saya tidak dapat melewatkannya begitu saja. Saya sekilas pernah mendengar berita mengenai betapa mengerikannya film ini atau menonton langsung tailer filmnya (yang walau pertama kali saya tonton, saya hanya mengingat ada Hayden Panettiere).

The Cove bercerita tentang usaha sekelompok pecinta hewan yang berusaha mengungkapkan pembantaian dengan cara sadis terhadap lumba-lumba di Taiji. Pembantaian dan konsumsi (yang mana tidak sehat) terhadap lumba-lumba yang selama bertahun-tahun dirahasiakan di kota kecil di Jepang ini, yang anehnya kota ini dihiasi dengan simbol paus dan lumba-lumba seolah-olah Taiji adalah kota yang melestarikan kedua mamalia laut ini.

Richard O'Barry adalah salah satu anggota dari kelompok itu. O'Barry yang adalah mantan pelatih lumba-lumba di Seaquarium Miami, yang kemudian menjadi aktor terkenal di film TV mengenai lumba-lumba di akhir tahun 60an, Flipper. Hingga suatu saat, salah satu lumba-lumba mengalami depresif dan mati dengan menahan nafasnya ketika keluar dari air, O'Barry tiba-tiba berubah. Keesokan harinya, dia membebaskan lumba-lumba pertamanya dan dia langsung dipenjara.

Sejak saat itu, O'Barry menjadikan aktivitas pengembalian lumba-lumba ke habitat aslinya sebagai profesinya. Dia pernah dituntut oleh Republik Dominica di tahun 2009, karena dianggap mengganggu kelancaran usaha penangkapan dan penjualan lumba-lumba.

Saya teringat akan salah satu tulisan yang saya baca beberapa waktu yang lalu, mengenai menemukan apa yang menjadi panggilan hidup ketika saya menonton di film ini bagaimana O'Barry begitu bersemangat dan seolah-olah pantang menyerah (dan pantang malu) dalam memperjuangkan hak hidup bagi lumba-lumba.

Ketika video pertama mengenai pembantaian lumba-lumba di Taiji berhasil didapatkan, O'Barry memasangkan TV di dadanya dan memperlihatkan video itu di pertemuan besar pelindungan terhadap sumber laut (IWC). Bukan hanya itu, O'Barry juga menyampaikan pesan tersebut dengan berdiri di jalan-jalan di beberapa kota di Jepang.

Apa yang dilakukan O'Barry membuat saya berpikir mengenai gairah (atau dalam bahasa Inggrisnya, passion). Saya percaya setiap orang mempunyai gairah terhadap sesuatu. Mungkin makanan, mungkin film, mungkin buku, tetapi kadang-kadang saya berharap saya mempunyai gairah yang mana hasil dari reaksi saya terhadap gairah itu membuat hidup sekelompok pribadi menjadi lebih baik, seperti Richard O'Barry.

Oyah, mungkin untuk sementara waktu yang panjang, saya tidak akan mengunjungi Sea World atau Gelanggang Samudra, karena film ini.

movie: alice in wonderland

I think everyone at some point of his early age, loves animated features. As for me, I still do. My dearest sister had her share in making me love those cartoons. I remember my first love was Cinderella and it's a gift from her. I also remember how she used to wake me up the way the birds did to Cinderella in the movie.

Since then, I watched a lot of animated features, includes Alice in Wonderland. I never really like Alice. It's not because it's badly produced, but it's mostly because of the story and who Alice was. For me, Alice is just a naughty lazy little girl and for her, to fall in to that deep hole which brought her to Wonderland was a sort of punishment. Somehow, she deserves it.

However, when it's announced that Tim Burton's next project was Alice in Wonderland. I was more than thrilled! I can only imagine how dark and bizarrely pretty it would be. But then, when I sat at the second row from the movie screen, I can only say it's a bit disappointed.

Alice is no longer the naughty lazy girl I used to know, she's in distress still. She fell again to that deep hole to Underland (not Wonderland, as Alice thought the first time). Underland doesn't seem like a punishment as it was in the first visit, it's more like a mental hospital. Everyone seems to look high on something or simply just crazy.

Alice was asked to fight against the Red Queen (Carter portraits the character perfectly) and helped the White Queen to proclaim her throne. Just as simple as that, nothing huge. Even the dragon she killed looks no more dangerous than Komo (if you remember the song in the 80s, by Kak Seto).

No, don't get me wrong. I don't dislike Alice. Maybe Alice has changed since her father passed away, but still if the Wonderland needs a rescue, it shouldn't be Alice, whom once better known for her laziness. Anyway, I must admit though Burton still has the wild imagination. The CGI looks bizarrely pretty and I shamelessly asked my pacar to take my photo when I saw the Alice in Wonderland park in Pluit Village. HAHAHAHA.

oscar 2010

Dalam kategori akting (hayo jujur saja, bukannya cuma kategori itu yah yang penting buat kita? Atau mungkin buat saya saja yah? HEHEHE) Oscar tahun ini sangat mudah ditebak. Nyaris tidak ada kejutan.

Aktor terbaik: Jeff Bridges - Crazy Heart
Kebetulan belum nonton, jadi gak tahu juga gimana bentuknya. Walau rasanya, saya lebih bahagia jika Collin Firth yang mendapatkan oscar untuk tahun ini, di A Single Man.

Aktris terbaik: Sandra Bullock - The Blind Side
Bisa jadi kategori ini sudah menjadi kontes popularitas, tapi jujur saja, kategori aktris terbaik untuk tahun ini sangat lemah. Juga disayangkan Academy Awards melewatkan Abbie Cornish, dari Brightstar dan Marion Cotillard, dari Nine.

Aktris pendukung terbaik: Mo'Nique - Precious
Mo'Nique tanpa diragukan lagi adalah salah satu aktris yang paling rendah hati. Pidatonya ketika dia berhasil memenangkan Golden Globe untuk kategori yang sama begitu menyentuh dan romantis. Bahkan saya sempat menonton video konfrensi-pers-nya, Mo'Nique begitu mempesona. Selain Mo'Nique, aktris lain yang saya harapkan untuk menang, adalah Anna Kendrick, yang keren banget di film Up in the Air.

Aktor pendukung terbaik: Christoph Waltz - Inglorious Basterds
Saya tidak bisa berkata apa-apa. Kol Hans Landa adalah salah satu tokoh fiksi di layar perak yang paling menarik sepanjang masa. Dia cerdas, dingin dan dalam beberapa kesempatan, sangat lucu. Waltz begitu sempurna memerankan-nya, begitu sempurna-nya, saya sulit membayangkan Landa diperankan oleh orang lain.

Sutradara terbaik: Kathryn Bigelow - The Hurt Locker
Sejarah tercatat melalui kemenangan Bigelow tahun ini, yaitu dia menjadi wanita pertama yang berhasil memenangkan Oscar untuk kategori sutradara terbaik selama 82 tahun pembagian Oscar. Pantas? Tentu saja! Bahkan, kompetitior terberatnya, James Cameron, ketika memenangkan Golden Globe dengan rendah hati mengatakan seharusnya Bigelow yang menang.

Film terbaik: The Hurt Locker
Ini adalah kejutan terbesar tahun ini. Mungkin James Cameron bisa berlapang dada menerima kekalahannya dalam kategori sutradara terbaik, tetapi dalam film terbaik? Ini benar-benar menyakitkan. Kalau saya pribadi, saya lebih berharap film animasi UP yang memenangkan kategori ini. HEHEHE.

PS: Akan nonton Alice in Wonderland akhir pekan ini! Yay!

movie: the shutter island

"Stop me before I kill more."

Jum'at kemarin, janjian dengan pacar, kami menonton film The Shutter Island, yang adalah karya terbaru dari Martin Scorsese. Scorsese memang terkenal dengan kebiasaan untuk mencoba sesuatu yang baru. Percaya atau tidak, Scorsese yang menyutradarai film-film seperti The Age of Innocence, The Last Temptation of Christ, The Aviator dan video Michael Jackson, Bad.

Ide cerita film ini sebenarnya tidak terlalu istimewa, mengingat sudah beberapa kali penonton dibawa untuk menelusuri sebuah film dari titik pandang salah satu tokohnya, yang kebetulan adalah orang yang tidak hidup dalam kenyataan (kenyataan di film, maksudnya). Saya membayangkan (mungkin) Joko Anwar duduk di baris paling belakang, tersenyum dan berpikir kalau dia lebih dulu menggunakan alur cerita ini terlebih dahulu dalam filmnya Pintu Terlarang.

Adalah seorang US Marshall, yang bernama Teddy Marshall yang menginvestigasi kehilangan pasien di rumah sakit jiwa yang menangani pasien-pasien dengan tingkat kesakitan jiwa yang berbahaya. Selama 138 menit, penonton dibawa dalam perjalanan menebak siapa sebenarnya yang gila dan pada akhirnya ketika kebenaran terungkap, penonton seolah-olah baru saja diantar keluar dari upacara pemakaman yang panjang.

Walau ide penceritaan-nya sudah berkali-kali muncul di layar perak, tak berarti Scorsese gagal menuangkan kejeniusannya dalam bercerita. The Shutter Island masih terlihat menakutkan, depresif dan walau tidak mengejutkan, tetapi mampu memainkan emosi penonton melalui dialog-dialog yang cerdas.

Saya suka sekali ketika Teddy Daniels, salah satu tokoh utama di film ini berkata, "It was like an insect crawling inside my brain, pulling my strings for fun" untuk menggambarkan kegilaan. Untuk sesaat, saya berpikir betapa rapuh dan kompleksnya manusia itu.

Tokoh Teddy Daniels diperankan begitu dinamis oleh DiCaprio. Ada saat, di mana saya melihat Daniels sebagai antagonis, tetapi pada saat film mencapai klimaks, dia hanya seorang pria yang hancur hatinya dan dia bahkan memilih untuk "menghukum" hidupnya, "Which would be worse, to live as a monster or to die as a good man?" Scorsese tidak menjelaskan eksplisit apa yang terjadi terhadap Daniels di akhir film, tetapi saya yakin di setiap pikiran penonton, Daniels tidak akan hidup sewajarnya.

Tak bisa dipungkiri, Shutter Island penuh dengan dialog-dialog yang membuat saya takut, sedih dan berpikir keras. Kalimat "Stop me before I kill more", menurut IMDb, merupakan rujukan ke sebuah kasus pembunuhan yang tidak pernah dipecahkan di tahun 40an.

Saya setelah selesai menonton film ini, untuk sesaat menyadari saya seringkali membuat keputusan yang salah dalam hidup dan seringkali pula saya tertarik untuk tidak menerima kenyataan yang menjadi akibat (bukan hukuman loh!) dari perbuatan saya dan memilih untuk menghilang dalam khayalan, mungkin pada saat itu, saya sudah dihitung gila. HAHAHA.