the cove dan richard o'barry

Saya bukanlah seorang penggemar film dokumenter. Film dokumenter terakhir yang saya tonton itu produksi NGC, Apocalypse The Second World War, mengenai perang dunia kedua di Eropah, dan jujur, saya tidak menikmatinya, dalam konteks terlalu mengerikan, menyedihkan dan sadis.

Tetapi Sabtu kemarin, ketika saya berburu DVD, saya melihat DVD film dokumenter terbaik Oscar untuk tahun ini dan saya tidak dapat melewatkannya begitu saja. Saya sekilas pernah mendengar berita mengenai betapa mengerikannya film ini atau menonton langsung tailer filmnya (yang walau pertama kali saya tonton, saya hanya mengingat ada Hayden Panettiere).

The Cove bercerita tentang usaha sekelompok pecinta hewan yang berusaha mengungkapkan pembantaian dengan cara sadis terhadap lumba-lumba di Taiji. Pembantaian dan konsumsi (yang mana tidak sehat) terhadap lumba-lumba yang selama bertahun-tahun dirahasiakan di kota kecil di Jepang ini, yang anehnya kota ini dihiasi dengan simbol paus dan lumba-lumba seolah-olah Taiji adalah kota yang melestarikan kedua mamalia laut ini.

Richard O'Barry adalah salah satu anggota dari kelompok itu. O'Barry yang adalah mantan pelatih lumba-lumba di Seaquarium Miami, yang kemudian menjadi aktor terkenal di film TV mengenai lumba-lumba di akhir tahun 60an, Flipper. Hingga suatu saat, salah satu lumba-lumba mengalami depresif dan mati dengan menahan nafasnya ketika keluar dari air, O'Barry tiba-tiba berubah. Keesokan harinya, dia membebaskan lumba-lumba pertamanya dan dia langsung dipenjara.

Sejak saat itu, O'Barry menjadikan aktivitas pengembalian lumba-lumba ke habitat aslinya sebagai profesinya. Dia pernah dituntut oleh Republik Dominica di tahun 2009, karena dianggap mengganggu kelancaran usaha penangkapan dan penjualan lumba-lumba.

Saya teringat akan salah satu tulisan yang saya baca beberapa waktu yang lalu, mengenai menemukan apa yang menjadi panggilan hidup ketika saya menonton di film ini bagaimana O'Barry begitu bersemangat dan seolah-olah pantang menyerah (dan pantang malu) dalam memperjuangkan hak hidup bagi lumba-lumba.

Ketika video pertama mengenai pembantaian lumba-lumba di Taiji berhasil didapatkan, O'Barry memasangkan TV di dadanya dan memperlihatkan video itu di pertemuan besar pelindungan terhadap sumber laut (IWC). Bukan hanya itu, O'Barry juga menyampaikan pesan tersebut dengan berdiri di jalan-jalan di beberapa kota di Jepang.

Apa yang dilakukan O'Barry membuat saya berpikir mengenai gairah (atau dalam bahasa Inggrisnya, passion). Saya percaya setiap orang mempunyai gairah terhadap sesuatu. Mungkin makanan, mungkin film, mungkin buku, tetapi kadang-kadang saya berharap saya mempunyai gairah yang mana hasil dari reaksi saya terhadap gairah itu membuat hidup sekelompok pribadi menjadi lebih baik, seperti Richard O'Barry.

Oyah, mungkin untuk sementara waktu yang panjang, saya tidak akan mengunjungi Sea World atau Gelanggang Samudra, karena film ini.

No comments:

Post a Comment