hidup dalam putaran reel film perancis

Festival Sinema Perancis berakhir hampir 1 bulan yang lalu. Gue sangat menikmati menghabiskan 2 akhir pekan gue dengan menonton film-film buatan negara yang terkenal dengan bahasa-nya yang seksi dan ribet (tapi kalo dipikir-pikir, semua bahasa yang bukan bahasa ibu kita tampaknya pasti ribet, tanya saja ama orang Perancis yang sedang belajar bahasa Indonesia, mereka pasti kelimpungan juga!), kemampanan dan kemajuan dalam hal budaya dan seni (atau mungkin itu cuma pendapat sebagian orang saja yah? HEHE).

Semua orang yang gue ajak nonton bareng dalam festival ini, rata-rata berpendapat sama: SENSASINYA BEDA YAH! Maksudnya beda, tentu saja beda dengan menonton film-film buatan Hollywood. Dan tetap ada satu teman yang tertidur beberapa saat (fiuh sobat, dosamu dimaafkan .. HEHEHE, canda!).

Selain menemukan sensasi yang berbeda, beberapa teman pun setuju kalo isu-isu film-film Perancis sangat realistis dan nyata (mungkin untuk beberapa film). Gue sedikit kurang setuju dengan pendapat itu, rasanya lebih tepat kalau pendapat itu diubah menjadi: sinemais Perancis itu gak peduli dengan keinginan penonton untuk keluar dari biskop dengan bahagia. Mengaduk-aduk emosi penonton adalah obsesi mereka. Salah satu teman kantor gue keluar dari biskop setelah menonton Le premier jour du reste de ta vie berkomentar: I feel grumpy.


Yang mana gue setuju saja dengan pendapat dia. Film itu menggambarkan keluarga yang hancur-lebur dan ketika semua konflik mulai dapat ditangani, ada yang harus meninggal. Ada satu adegan yang sangat mengganggu gue (bahkan hingga saat ini) adalah: setelah kehilangan suaminya (M. Duval), sang istri membuka pentilan bantalan punggung yang ditiup oleh suaminya dan dia membiarkan udara keluar dari bantal itu seolah-olah nafas suami-nya sedang berhembus. I instantly believe this is a sick movie and I LIKE IT! Hahaha.

Itu hanya salah satu contoh adegan mengerikan dari 10 film yang berhasil gue tonton. Salah satu isu menarik yang terdapat dalam beberapa film Perancis yang gue tonton adalah perzinahan. Pasangan yang berzinah terhadap pasangan yang di ambang kematian, istri yang berzinah dengan pacar lamanya atau bahkan suami yang diam-diam mengidamkan wanita lain dalam perang. Kalau benar, sinemais Perancis sangat realistis dalam membuat karyanya, mungkin cinta dalam dunia ini sama dengan ketidakmungkinan. Halah!

Rasanya 2 minggu ini, emosi gue dimanjakan oleh sinemais Perancis. Seperti disuguhin coklat yang berlebihan, begitu pula emosi gue berluap-luap naik turun laksana ombak.

Tanpa bermaksud membanding-bandingkan, gue sangat puas dengan Festival Sinema Perancis tahun ini dibandingkan Jiffest tahun ini (Hey, I could be wrong?! HEHEHE). Dan bahkan bertemu dengan teman-teman lama sesama pecinta film-film Perancis adalah hal yang lebih menyenangkan lagi.

Ada yang ikut nonton?

No comments:

Post a Comment