movie: Les femmes de l'ombre


Akhirnya akhir pekan! Yay! Sebenarnya akhir pekan ini, gue berniat untuk berhibernasi di rumah dengan pesan-antar dan ngebut nonton DVD yang gue sudah beli tapi gak sempat nonton. HUHUHUHU. Tapi rencana harus berubah, ternyata Danang akan kembali ke Bali hari Minggu besok dan malam ini adalah acara perpisahan-sebentaran (he's coming back to Jakarta in June).

Eniwei, pagi tadi gue bangun jam 6. Karena kebiasaan bangun pagi setiap harinya (I normally wake up at 4ish on weekdays), bahkan pada akhir pekan gue harus terbangun pukul segitu. Setelah mengecek beberapa email, update-update terbaru dari beberapa situs wajib baca, mandi dan sarapan dengan kuetiaw goreng, gue memutuskan untuk nonton film Les femmes de l'ombre. Gue gak pernah benar-benar menyukai film perang, tapi karena film ini juga yang disebut sebagai film favorit dalam festival sinema perancis yang lalu, ada rasa penasaran juga.

Bersetting kan perang dunia II, kelompok agen rahasia yang terdiri dari 4 wanita dengan latar belakang berbeda. Misi mereka menyelamatkan seorang ahli geologist dan membawanya kembali ke Inggris. Misi yang tampak sederhana ini ternyata tidak berhenti begitu berhasi dicapai, ternyata ada misi lanjutan yang mereka harus lakukan, membunuh seorang kolonel Jerman.

Hampir tiga per-empat film ini berkutat di bagian tersebut. Kejar-kejaran antara agen-agen Perancis dan kolonel Jerman sangat seru. Jangan mengharapkan salah satu episod serial Mission: Impossible, karena seperti sinemais Perancis lainnya, mereka tidak mempunyai niat untuk membiarkan penontonnya menghembuskan nafas bahagia.

Walau misi mereka tercapai, sang kolonel berhasil dibunuh. Tetapi apa yang diakibatkan dari misi ini sangat mengejutkan. Misi yang tampaknya sederhana dan hanya menghabis-habiskan waktu justru merupakan kunci kemenangan aliansi negara-negara Eropah melawan nazi pada perang dunia kedua, yaitu untuk mempersiapkan tentara-tentara Amerika Serikat untuk mendarat di Normandy, yang kemudian Jerman menyerah tak lama kemudian.

Salah satu alasan kenapa gue gak gitu minat dengan film perang adalah kekejamannya (yah, horror juga kejam sih, tapi film perang itu kejam realistis), secara khusus film perang dengan latar belakang perang dunia kedua.

Sophie Marceau, memerankan Louise, satu-satunya agen Perancis yang berhasil hidup. Adegan terakhir dari film ini sangat menyentuh. Louise, yang berjanji tidak akan menginjakkan kaki di gereja, kembali ke gereja dan menyalakan lilin untuk mengenang mereka yang menjadi korban. Gak tau apakah gue berlebihan aja atau gimana, tapi muka Marceau dalam mengekspresikan kebahagiaan dan kesedihan di film itu berhasil (paling gak, berhasil membuat gue cegugukan! HEHEHE).

Ngomong-ngomong soal Marceau, beberapa waktu yang lalu, Elle France memuat 8 aktris Perancis dalam halaman depan majalah mereka (edisi bulan April, kalau tak salah) tanpa make-up ataupun retouch dengan program komputer apapun. Dan hasilnya, voila!


Jika Belucci, Marceau dan teman-temannya tampak begitu cantik tanpa make up maupun retouched, wah fungsi bagian make-up di film mungkin cuma hanya untuk membuat mereka menjadi jelek saja kali yah? Oya, sekedar informasi saja, Belluci berusia 44 tahun dan Sophie Marceau berusia 42 tahun!

Shocking, I know!

No comments:

Post a Comment